Kehidupan ini nampak demikian menggiurkan. Gemerlapnya dunia bisa membuat saya dan Anda berambisi untuk memiliki kekayaan semakin banyak, kalau perlu semuanya. Mereka yang menguasai sarana dan prasarana berusaha untuk terus memacu keinginan-keinginan kita. Anda awalnya tidak membutuhkan barang tertentu, namun karena gencarnya iklan yang Anda lihat dan dengar, akhirnya Anda ‘takluk’ untuk membelinya. Barang-barang elektronik di rumah, kendaraan, pakaian , tempat belanja, tempat berkumpul dan gaya hidup kita, bisa jadi sebenarnya bukanlah berasal dari fikiran dan keyakinan kita. Itu semua bisa berasal dari luar diri kita, yang ‘terpaksa’ kita terima begitu saja.

Jika ambisi itu bisa terpenuhi, mungkin tidak menimbulkan masalah yang berarti. Namun, masalah akan timbul jika ada kesenjangan antara apa yang kita inginkan dengan kemampuan yang kita miliki. Akan menjadi masalah lagi, jika suatu hal/peristiwa sebenarnya tidak menjadi keinginan atau kebutuhan, namun kita dipaksa untuk memiliki atau melakukannya.

Hidup ini sebenarnya sederhana, dan setiap manusia yang lahir di dunia pasti bisa menjalani dengan wajar, tanpa harus menderita, apalagi sampai stress dan depresi. Berbagai masalah yang dihadapi manusia, seperti tingginya biaya hidup, mahalnya biaya sekolah, kenakalan anak, suami yang tidak setia, istri yang suka menuntut, sakit berkepanjangan, dan sebagainya, sebenarnya bisa dihindari. Mari kita mencoba merajud jalan yang indah, jalan yang sesuai syariah, agar hidup menuai berkah.

Pilihan Anda

Hidup ini adalah pilihan. Pilihan diri sendiri, pilihan orang tua kita, pilihan suami/istri kita, bahkan dalam sebuah keluarga kadang anak pun menentukan pilihan kita. Apalagi kalau diperluas, maka Negara/pemerintah juga menentukan pilihan dan mempengaruhi kehidupan kita.

Dalam tulisan yang pendek ini, tidak perlu melihat yang di luar diri Anda, yang perlu kita lihat adalah pilihan kita, pilihan Anda sendiri.

Menjadi petani, sopir, guru, tukang, pegawai, pedagang atau pengangguran itu pilihan Anda sendiri. Kalau kebetulan nasib kita kurang baik, tidak perlu menyalahkan orang lain. Tidak perlu menyalahkan orang tua kita yang miskin karena tidak bisa menyuap, sehingga kita tidak bisa jadi pegawai. Janganlah Anda menyalahkan guru matematika yang galak, kalau Anda tidak lulus UASBN. Menjadi pengangguran juga tidak perlu menyalahkan pemerintah, karena banyak wiraswasta sukses tanpa bantuan pemerintah sama sekali. Kita tidak perlu menyalahkan lembaga pendidikan yang memang tidak mermutu, kalau setelah lulus kita menjadi kuli bangunan. Bahkan, jangankan soal pekerjaan, agama yang kita anut adalah pilihan kita sendiri, bukan karena dipaksa oleh orang lain.

Jika agama yang Anda pilih adalah Islam, maka konsekuensinya gunakan Kitab Al-Qur’an sebagai pegangan. Karena Anda muslim, maka sudah seharusnya mengutamakan Al Qur’an dari bacaan yang lainnya. Kita gunakan Al-Qur’an dengan serius, tidak main-main. Maka, mari kita perhatikan ayat Al Qur’an di bawah ini.

. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al Khujurat/49 : 13)

Perhatikan yang tercetak tebal. Ukuran kemuliaan manusia itu adalah taqwa, bukan yang lainnya. Anda harus meyakini hal ini dengan sepenuh hati. Tanamkan dalam dada Anda, bahwa ukuran manusia mulia itu karena taqwanya. Manusia disebut mulia bukan karena titelnya, bukan karena keturunan siapa, bukan karena jabatan, bukan karena kekayaan, dan sebagainya.

Semoga Anda tidak merasa dipaksa. Bukankah Anda memilih Islam sebagai agama Anda, tanpa paksaan? Demikian juga dalam hal ini. Jangan Anda merasa terpaksa untuk menentukan/memilih ukuran mulia ini. Anda harus nyaman dengan ukuran taqwa ini. Kalau Anda merasa terpaksa dengan taqwa, maka sesungguhnya Anda belum rela beragama Islam, dan Anda belum rela menggunakan Al Qur’an sebagai pedoman.

Sebaliknya, kalau Anda benar2 beragama Islam, maka Anda akan menggunakan Al-Qur’an sebagai pedoman dan nyaman menggunakan taqwa sebagai ukuran kemuliaan seseorang. Anda tidak akan minder karena miskin, dan tidak sombong ketika kaya. Anda tidak rendah diri karena hanya tamat SD, dan tidak angkuh jika menjadi professor. Anda tidak perlu berjalan dengan membongkok-bongkok karena hanya sebagai rakyat jelata, dan tidak perlu membusungkan dada walaupun Anda menjadi presiden.

Prinsipnya, Anda rela memilih Islam sebagai agama Anda, sehingga dengan gembira menggunakan Al Qur’an sebagai pegangan hidup, dan selalu berusaha mencapai kemuliaan hidup dengan mencapai derajad taqwa atau muttaqin. Derajad muttaqin itulah yang wajib Anda kejar, dan harus Anda perjuangkan. Pertanyaannya, apa keuntungan atau manfaat menjadi muttaqin?

Manfaat taqwa (muttaqin)

Berbahagialah Anda jika sudah menetapkan taqwa sebagai cita-cita, atau obsesi yang hendak Anda raih, dan senantiasa Anda jaga dan pelihara. Sebagai muslim, kita tidak asing, bahwa penciptaan manusia adalah untuk menjadi hamba Allah (51: 56) serta sebagai kholifatullah (2:30). Dua hal tersebut adalah manusia dilihat dari statusnya. Sedangkan dilihat dari derajadnya, maka orang bertaqwa alias muttaqin merupakan derajad tertinggi yang mesti diupayakan oleh muslim yang berstatus hamba Allah tersebut.

Muttaqin merupakan derajad yang istimewa bagi manusia. Allah s.w.t. akan memberikan berbagai imbalan dan kemudahan bagi seorang muttaqin. Beberapa dari keuntungan yang akan diperoleh muttaqin bisa kita lihat di bawah ini.

1. Seorang muttaqin diberi solusi oleh Allah s.w.t.

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar (solusi). Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (At- Thalaq /65 : 2-3)

Ayat diatas adalah ujung ayat ke 2 surat At-Thalaq dan ayat 3. Dua ayat ini adalah jaminan dari Allah s.w.t. bahwa persoalan yang dihadapi oleh orang bertaqwa alias muttaqin akan diberi jalan keluar (solusi) oleh Allah sendiri. Ini adalah janji Allah, dan tidak mungkin Allah berbohong. Bahkan Allah juga menjamin rizki orang muttaqin dari arah yang tidak disangka-sangka.

Dengan mendasarkan diri pada dua ayat ini, maka seorang muttaqin itu hidupnya bisa dibilang sederhana. Anda ‘hanya’ dengan menjadi muttaqin maka persoalan-persolan hidup akan diberi solusi oleh Allah s.w.t. Anda tidak harus terlalu pusing dengan masalah yang Anda hadapi. Setiap orang pasti punya masalah. Namun, Anda jangan terkukungkung dengan masalah. Fokuslah untuk meraih derajat muttaqin. Gunakanlah fikiran, cita-cita, langkah, tenaga, dan seluruh energy Anda untuk menjadi muttaqin dan senantiasa memeliharanya.

Janganlah Anda (maaf) merasa sok bisa menyelesaikan masalah Anda sendiri. Karena masalah orang muttaqin akan diselesaikan oleh Allah s.w.t. Tugas Anda adalah menjadi muttaqin, sedangkan ‘tugas’ Allah s.w.t. adalah menyelesaikan masalah Anda. Bahkan, ‘tugas’ Allah s.w.t. adalah memberi rizki Anda dari arah yang Allah sukai, tidak perlu menurut yang Anda sukai. Selanjutnya Allah s.w.t. menjamin akan mempermudah setiap urusan orang muttaqin (QS. At Thalaq : 4)

2. Dihapus kesalahan-kealahannya

Inilah keuntungan ke dua seorang muttaqin, dihapuskan kesalahan-kesalahannya.


“………………dan Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.” (At Thalaq : 5)

Jika Anda pernah melakukan dosa, maka dengan menjadi muttaqin kesalahan Anda diampuni oleh Allah s.w.t. Tidak perlu risau dengan kesalahan masa lalu Anda, Allah Maha Pengampun. Maka berjuanglah meraih derajad muttaqin agar Allah mengampuni dosa-dosa dan kesalahan Anda. Dengan diampuni kesalahan-kesalahannya, maka orang muttaqin adalah orang yang merdeka, orang yang mendapatkan pencerahan. Orang muttaqin adalah orang yang bisa menghilangkan kemurungan akibat kesalahan yang pernah dia lakukan. Bersihnya orang muttaqin dari kasalahan-kesalahan maka dia menjadi tegar serta optimis menghadapi kenyataan. Tidak ada orang yang lebih bahagia, kecuali orang yang merdeka dari kesalahan.

3. Dilindungi Allah.s.w.t.

Setelah diampuni oleh Allah s.w.t., keistimewaan orang muttaqin selanjutnya adalah selalu dilindungi Allah.s.w.t.

Artinya : Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sedikitpun dari siksaan Allah. dan Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung (backing) orang-orang yang bertakwa. (Al Jasiyah / 45: 19)

Kebanyakan manusia menggunakan orang lain untuk menjadi backing-nya. Ada yang memakai backing orang yang berbadan besar, orang yang punya jabatan, orang yang punya kekuasaan, orang yang punya senjata dan sebagainya. Orang rela keluar jutaan rupiah agar mendapat backing / pelindung. Namun, bagi seorang muttaqin, maka backingnya adalah Allah s.w.t. Dalam Surat Al Jasiyah di atas dengan tegas Allah menyatakan bahwa Dia adalah wali/pelindung (backing) orang muttaqin. Tidak ada ketenangan yang lebih tinggi kecuali dilindungi oleh Allah s.w.t. Backing dari manusia tentu minta sejumlah imbalan, sedangkan Allah s.w.t. sama sekali tidak meminta imbalan. Coba bandingkan, perlindungan dari siapa yang bisa mengalahkan perlindungan dari Allah s.w.t? Jadi Anda tidak perlu khawatir dengan siapapun dan dalam situasi apapun, karena seorang muttaqin selalu mendapat lindungan Allah s.w.t.

4. Mendapat kemenangan.

Artinya : Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, Maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan(QS An Nisya’ /24 : 52).

Inilah jaminan yang sangat dahsyat. Bahwa Allah s.w.t. menjamin orang muttaqin mendapat kemenangan. Tentu saja kemenangan yang dimaksud di sini adalah kemenangan dalam rangka tegaknya taqwa itu. Bukan kemenangan hawa nafsu, apalagi kemenangan dalam hal maksiat.

Kita ambil saja misalnya di bidang bisnis. Pengusaha yang muttaqin Insya Allah senantiasa diberi kemenangan oleh Allah dalam bisnisnya. Mungkin bisnisnya tidak selalu besar, namun selalu mendapat keuntungan dan cukup untuk menafkahi keluarganya dengan tenang. Anggota keluarga yang dinafkahi dengan jalan taqwa, Insya Allah juga gemar menegakkan ketaqwaan. Inilah kemenangan.

Sebaliknya, tanpa muttaqin Anda mungkin bisa memiliki bisnis yang besar lewat jalan penipuan. Yakinlah keuntungan dari bisnis demikian tidak bisa untuk menafkahi keluarga dengan tenang. Keluarga yang dinafkahi dengan bisnis kotor akhirnya akan berantakan. Ini berarti kekalahan.

Ayat di atas juga berarti bahwa setiap orang dijamin Allah s.w.t. pasti bisa mencapai derajad muttaqin. Setiap orang pasti bisa mencapai kemenangan. Setiap orang sudah didesain oleh Allah s.w.t. memiliki potensi meraih muttaqin. Setiap orang lahir dalam keadaan akhsani taqwim (desain yang paling baik). Jadi setiap orang didesain Allah s.w.t.untuk menjadi pemenang.

Itulah sebagian keuntungan/manfaat menjadi muttaqin, yaitu diberi solusi oleh Allah s.w.t., mendapat perlindungan (backing) dari Allah s.w.t., dihapuskan kesalahan-kesalahannya (mendapat pencerahan), dan dijamin mendapat kemenangan.

Pertanyaan selanjutnya, bagaimana cara meraih derajad muttaqin?

Mulailah merajut

Setiap manusia berasal dari seorang bayi yang tidak berdaya. Dengan nalurinya sang bayi belajar mengadakan gerakan sedikit demi sedikit. Dari hanya bisa tidur tengadah, lalu belajar miring, tengkurap, merangkak, berdiri, merambat, berjalan, hingga sang bayi bisa berlari.

Seperti itu juga keberkahan hidup ini. Perlu dijalani sedikit demi sedikit. Seandainya saya tukang maksiat, tidak bisa dengan shalat semalam suntuk, tiba-tiba besuk paginya langsung panen berkah. Merajut berkah dalam hidup ini perlu proses. Mari kita lihat, apa saja proses yang harus dilalui seorang muttaqin dalam menggapai jalan yang berkah dalam kehidupan ini.

1. Berpedoman Al Qur’an

Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (Al Baqoroh /2 : 2)

Sikap yang tepat terhadap ayat ini adalah bahwa seorang muttaqin senantiasa menggunakan Al Qur’an sebagai pedoman dalam hidupnya, bukan kitab-kitab atau pendapat-pendapat manusia yang belum tentu sesuai dengan Al Qur’an. Seorang muttaqin tidak akan meragukan kebenaran dan kebagusan Al Qur’an bagi dirinya. Seorang muttaqin akan lebih mencintai Al Quran daripada bacaan-bacaan lainnya. Ikhtiar seorang muttaqin untuk memahami Al Qur’an semestinya lebih tinggi dibandingkan untuk belajar hal-hal lainnya. Setiap langkah dalam hidup, bagi seorang muttaqin, membutuhkan petunjuk yang jelas dari Al Qur’an, sehingga dirinya tidak berani melakukan suatu perbuatan kecuali dibenarkan oleh Al Qur’an. Anda boleh saja membaca koran atau melihat televisi, namun jikaAnda ingin jadi muttaqin gunakanlah Al Qur’an sebagai kerangka analisa terhadap masalah yang terjadi, tidak semata-mata ikut pendapat yang santer di koran atau di televisi.

Inilah jalan yang mesti kita rajut, yaitu menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup, sehingga bisa kita raih jalan yang penuh berkah.

2. Beriman dengan benar

18. dan Kami selamatkan orang-orang yang beriman dan mereka adalah orang-orang yang bertakwa. (Fushilat /41 : 18)

Ayat ini menandaskan bahwa Allah akan memberi keselamatan kepada orang yang beriman, yaitu orang-orang muttaqin. Ini menunjukkan syarat utama jika seseorang mau menjadi muttaqin, maka perlu beriman lebih dahulu. Beriman berarti meyakini tentang hal-hal yang diimani itu dan beramal sesuai dengan keyakinan tersebut. Beriman itu tidak hanya percaya bahwa sesuatu itu ada, tetapi sampai keyakinan bahwa sesuatu tersebut memiliki keberadaan. Percaya bahwa Allah itu ada belumlah disebut iman. Anda disebut beriman kepada Allah kalau sudah meyakini kekuasaan Allah atas diri Anda serta terhadap alam semesta dan Anda bersikap membenarkan (mentasdiqkan) hal itu melalui amal perbuatan. Beriman kepada Allah adalah meyakini keberadaan Allah dengan seluruh Nama Nya, KeagunganNya, serta sifat-sifatNya.

Demikian juga beriman kepada malaikat, kitab-kitab Allah, rasul dan nabi Allah, hari akhir , serta taqdir Allah, membutuhkan pengakuan pembenaran serta menumbuhkan sikap atau amal yang sesuai dengan keyakinan itu. Sekedar contoh, kalau Anda beriman kepada kitab Allah, maka akan menumbuhkan sikap gemar mempelajari kitab Allah agar Anda bisa menggunakannya sebagai pegangan hidup. Beriman kepada Malaikat akan menumbuhkan sikap takut melanggar larangan Allah, karena malaikat Allah senantiasa mengawasi gerak-gerik kita. Jika Anda iman kepada nabi dan rasul Allah, maka Anda akan menjadikannya sebagai idola dan Anda berusaha untuk bisa meniru amal solihnya, karena rasul adalah uswah khasanah (suri tauladan).

Insya Allah kalau kita bersedia merajut jalan iman ini, maka derajad muttaqin mudah kita dapatkan, hidup Anda pun penuh dengan berkah.

3. Menegakkan sholat.

Artinya : (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. (Al Baqoroh : 3)

Kita ingat kembali uraian sebelumnya, bahwa muttaqin adalah derajat tertinggi di hadapan Allah s.w.t. dan yang memperoleh manfaatnya adalah pelakunya, bukan Allah s.w.t. Demikian juga dengan sholat sebagai syarat untuk mencapai derajat tersebut. Sholat adalah bentuk ibadah mahdhoh (ibadah khusus) yang manfaatnya untuk manusia. Dengan sholat bukan berarti manusia memberikan sesuatu kepada Allah s.w.t., sebaliknya sholat adalah bentuk permintaan manusia kepada Allah s.w.t. Bukankah essensi sholat adalah do’a? Karena dengan sholat Anda berarti meminta sesuatu kepada Allah, maka bersungguh-sungguhlah dalam melakukannya. Jika Anda bersungguh-sungguh dalam memohon kepada Allah, maka Allah juga akan sungguh-sungguh memberikan apa yang Anda minta dalam sholat.

4. Gemar sedekah.

Bersedekah merupakan amal utama untuk mencapai derajat taqwa atau muttaqin. Mari kita perhatikan firman Allah s.w.t. yang sudah tertulis di atas :

Artinya : (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. (Al Baqoroh : 3)


Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui. 2 : 261.

Amal berikutnya untuk mencapai status muttaqin adalah sedekah atau infak. Kalau sholat adalah ibadah yang bernilai permemintaan, sedangkan sedekah adalah ibadah yang bernilai pemberian. Falsafahnya sederhana : seorang muttaqin, dalam hal meminta, hanya kepada Allah s.w.t. Sedangkan kepada makhluq sikapnya adalah memberi. Seorang muttaqin pantang meminta kepada manusia. Meminta kepada Allah membuat derajat Anda semakin meningkat, sedangkan meminta kepada manusia membuat derajat semakin merosot. Maka, untuk meningkatkan derajat inilah seorang muttaqin dianjurkan gemar memberi, gemar sedekah atau berinfak.

Sedekah yaitu memberikan sebagian yang Anda miliki kepada fihak lain yang berhak. Sedekah atau infak ini amal yang sederhana, namun kita sering merasa sulit melakukannya. Kesulitan ini bisa terjadi karena kita belum bersungguh-sungguh untuk bisa melakukannya. Kalau Anda membayangkan sedekah harus mengeluarkan sejumlah uang, mungkin yang terbayang adalah kesulitan-kesulitan. Padahal sedekah tidak harus dengan uang, bisa dengan pemnberian lainnya. Sedekah bisa dimulai dari yang kecil, misalnya suka memberi senyuman kepada orang lain.

Sebenarnya semangat sedekah bukan semata-mata pada memberi, namun sedekah lebih bertujuan untuk membersihakan harta dan menyucikan jiwa. Maka kalau Anda mengeluarkan sejumlah dana untuk membangun masjid, jangan merasa kita sudah ikut menyumbang pembangunan masjid. Namun panitia masjid itu telah memberi kesempatan kepada kita untuk mengeluarkan ‘kotoran’ pada harta kita.

Dengan dibersihkannya kotoran harta Anda, maka akan berkembang dan menjadi berkah. Coba perhatikan bagaimana petani merawat tanamannya. Kalau petani rajin menyiangi (jawa: matun) yaitu membersihkan rumput dan gulma, maka tanaman pertaniannya akan menjadi subur dan berkembang. Pada usaha tanaman keras, ada sistim pemeliharaan yaitu penjarangan. Dengan menebang sebagian pohon yang ada, maka pohon yang tinggal akan memiliki areal tumbuh yang leluasa dan hasilnya akan optimal. Anda ingin ‘pohon’ rizki Anda berkembang optimal ?, maka ‘jarangilah’ lewat sedekah.

Categories:

    Total Tayangan Halaman

    FOLLOWER

    Who is Super Power?