Beberapa waktu yang lalu , bersama seorang teman, saya menuju ke daerah Temanggung. Tepatnya di dusun Ngadi Sepi,Gemawang, Temanggung.

 
       Pak Sarkoni, demikian nama 'pak guru' pupuk organik yang saya kunjungi itu, adalah sosok yang gigih bekerja. Selama 12 tahun beliau berjuang sendirian untuk mengembangkan pupuk organik sekaligus tanaman , terutama, kopi organik. Niat bapak yang mengaku tidak tamat SD ini  sangat mulia, yaitu dalam rangka melestarikan alam. Menurut beliau kalo menanam hanya ingin hasil yang banyak dalam waktu singkat, itu termasuk serakah. Maka beliau berjuang dan berjuang secara gigih untuk menciptakan pupuk sendiri, dengan gahan-bahan yang ada di sekitarnya, untuk menghasilkan kopi organik. 
     Setelah malang melintang berjuang mengembangkan pupuk dan tanaman organik, pak Sarkoni, akhirnya dipertemuka oleh Allah s.w.t. dengan seseorang yang ahli di bidang mikro biologi lulusan sebuah Universitas di jepang. Dalam beberapa kali pertemuan, pak Sarkoni berhasil menyerap ilmu yang diberikan oleh Sang Ahli dari Jepang tersebut. Tidak lama setelah itu, Pak Sarkoni berhasil menciptakan atau menginokulasi bakteri sendiri, tanpa tergantung bahan dari pabrik, apalagi impor. 
     Dengan penemuan teknik inokulasi  bakteri  itu, maka pak Sarkoni bisa membuat pupuk organik yang berkualitas, menggunakan bahan-bahan sisa olahan dapur, maupun kotoran ternak. Sampah organik dari dapur maupun kotoran ternak dia kumpulkan, kemudian difermentasi dengan hasil inolukasi bakterinya selama 61 hari. Setelah tumpukan sampah dapur atau kotoran hewan itu tidak terasa panas lagi, maka pertanda pupuk siap diaplikasikan. 
     Berkat kegigihannya, maka dengan menggunakan pupuk organik ini, pak Sarkoni berhasil memproduksi kopi sebanyak 2 (dua) kali per tahun. Bahkan Pak Sarkoni hampir tidak pernah mengolah tanahnya dengan cara mencangkul maupun mendangir. Menurut beliau, bakteri yang ada di dalam pupuk itulah yang bertugas mengolah dan mendangir tanahnya. 
     Ketika kami di suguh untuk merasakan kopi hasil panen milik Pak Sarkoni,  rasanya memang berbeda dengan kopi biasa. Walaupun tidak diberi campuran karamel maupun gula pasir,  rasanya sudah enak, kopinya sangat gurih, tidak pahit menyengat seperti kopi pada umumnya. Bahkan, menurut pak Sarkoni, kopi karyanya tidak menimbulkan sakit maag, namun sebaliknya bisa mengurangi sakit maag. Demikian juga emping melinjonya, tidak terasa pahit seperti pada umumnya, namun terasa manis dan  gurih.  
     Apa yang dilakukan pak Sarkoni, benar-benar menginspirasi, bahwa dengan kesederhanaan dan kesungguhan, rakyat ini mampu berkarya nyata demi kelestarian alam dan kemajuan bangsanya.  

Categories:

    Total Tayangan Halaman

    FOLLOWER

    Who is Super Power?